KOTA METRO LAMPUNG||tigonews.net – Abstrak : Pada saat remaja memasuki pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) mereka menemui momen sangat penting dalam dirinya. Momen ini merupakan saat yang menderu bagi siswa dalam memahami potensi diri, mengidentifikasi kebutuhan pasar kerja, merencanakan karir, meningkatkan motivasi dan kepercayaan diri, mencegah pilihan karir yang salah, meningkatan kemampuan hard skill dan soft skill, menyiapkan diri untuk menghadapi tantangan, dan mengembangkan pola pikir positif. Para siswa menemukan interaksi yang intensif selama proses pendidikan tersebut dengan berbagai pihak. Peran Bimbingan Karir (BK) sangat penting untuk menjembatani perjalanan momen siswa SMK, saat mulai, proses, akhir, dan mencari pilihan karir. Namun guru BK sangat terbatas dengan cakupan yang sangat luas di SMK. Padahal pemahaman model dan teknik BK bisa diberikan kepada guru-guru SMK lainnya melalui cara-cara praktis di lingkungan sekolah.
Terdapat berbagai model dan teknik dalam layanan BK. Model dan teknik dalam layanan BK bisa dipelajari melalui pelatihan, seminar, , Focus Group Discussion (FGD) dengan melibatkan semua guru SMK dan guru BK sebagai narasumber, atau narasumber lain yang relevan. Pelaksanaan layanan BK di tingkat SMK mengalami berbagai tantangan, seperti keterbatasan sumber daya, minimnya kerja sama, serta rendahnya pemahaman dari siswa, orang tua, dan pihak sekolah mengenai pentingnya BK. Untuk mengatasi hal ini, beberapa solusi yang dapat diterapkan antara lain penambahan tenaga pendidik BK, peningkatan kompetensi melalui pelatihan, penguatan kerja sama antar pihak terkait, peningkatan sosialisasi, serta pemanfaatan teknologi secara optimal. Selain itu, ketergantungan terhadap teknologi juga menjadi perhatian, karena siswa cenderung lebih memilih berinteraksi melalui media digital dibandingkan dengan komunikasi langsung secara tatap muka.
Peran BK dalam pendidikan di SMK sangat penting untuk membantu para siswa mengidentifikasi minat, bakat, dan potensi terbaiknya. Ketika minat, bakat, dan potensi siswa dapat diidentifikasi secara mandiri maka tumbuh kepercayaan diri untuk memiliki jenis pekerjaan atau karir yang akan ditekuni dan menjadi tumpuan hidupnya. Melalui pengembangan life skill baik hard skill maupun soft skill yang ptimal siswa SMK akan dapat merencanakan pengembangan hidupnya dengan cara-cara yang lebih baik. Peran BK harus diperluas melalui semua guru yang terlibat, tidak hanya terbatas pada guru BK saja. Pelatihan guru tentang BK harus diadakan secara konsisten dan berkelanjutan. Selain pelatihan, musti ada kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan , seperti seminar, FGD untuk membuka dan menularkan berbagai pengalaman terbaik dalam penerapan BK di SMK melalui semua guru.
1.Pendahuluan
Pada saat remaja memasuki pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) mereka menemui momen sangat penting dalam dirinya. Momen ini merupakan saat yang menderu bagi siswa dalam memahami potensi diri, mengidentifikasi kebutuhan pasar kerja, merencanakan karir, meningkatkan motivasi dan kepercayaan diri, mencegah pilihan karir yang salah, meningkatan kemampuan hard skill dan soft skill, menyiapkan diri untuk menghadapi tantangan, dan mengembangkan pola pikir positif. Para siswa menemukan interaksi yang intensif selama proses pendidikan tersebut dengan berbagai pihak.
Interaksi antara guru, siswa, media dan sumber, serta lingkungan pembelajaran merupakan hal yang harus terjadi secara optimal. Optimalisasi pada interaksi pembelajaran akan menentukan seberapa baik terjadinya belajar pada siswa. Untuk itu pemahaman guru, sebagai salah satu sumber dan fasilitator, terhadap interaksi pembelajarna dengan keterlibatan berbagai unsurnya harus menjadi salah satu komptensi utama guru.
Seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi penggunaan dalam bentuk perangkat lunak maupun perangkat keras tidak bisa dihindarkan. Interaksi ini menjadi interaksi intelektual yang membentuk lingkungan. Hal ini sebagaimana dikatakan bahwa Lingkungan intelektual merupakan kondisi dan iklim sekitar yang mendorong dan menunjang pengembangan kemampuan berpikir. Lingkungan ini mencakup perangkat lunak seperti sistem dan program-program pengajaran, perangkat keras seperti media dan sumber belajar serta aktivitas pengembangan dan penerapan kemampuan berpikir (Sukmadinata, 2009).
Peran Bimbingan Karir (BK) sangat penting untuk menjembatani perjalanan momen siswa SMK, saat mulai, proses, akhir, dan mencari pilihan karir. Namun guru BK sangat terbatas dengan cakupan yang sangat luas di SMK. Padahal pemahaman model dan teknik BK bisa diberikan kepada guru-guru SMK lainnya melalui cara-cara praktis di lingkungan sekolah.
2.Kajian Teori
a. Konsep Dasar Bimbingan Karier
Setiap pekerjaaan yang baik selalu menyesuaikan dengan minat, bakat dan keahlian yang dimiliki setiap individu. Untuk mencapainya maka pada usia remaja, mereka harus mendapatkan kesempatan untuk mengidentifikasi minat dan bakat agar menyesuaikan keterampilan atau keahlian yang akan diambilnya dalam bangku sekolah. Disinilah perlunya konselor memberikan arahan dalam merencanakan pemilihan jabatan atau pekerjaan, aspek tersebut hal yang sangat penting, sehingga layanan bimbingan konseling karir sebagai bagian yang mendasar di sekolah maupun masyarakat (Harahap, 2019).
Pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) mempunyai karakteristik bahwa pembelajaran tersebut berfokus pada keahlian dan kompetensi praktis yang relevan dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI). Pembelajaran di SMK menekankan pada kebutuhan dunia kerja dengan orientasi “learning by doing” kemudian diperoleh pengalaman praktis dimana pengukuran keberhasilan dilakukan melalui prestasi belajar di sekolah dan dunia kerja. Bimbingan terhadap keahlian dan kompetensi praktis memerlukan Bimbingan Karir (BK).
Para siswa SMK harus mendapatkan layanan bimbingan karir selama masa pembelajaran. Layanan bimbingan dan konseling karier erat kaitannya dengan peran guru BK dalam memberikan pemahaman dan dukungan kepada siswa mengenai dunia kerja. Layanan ini juga bertujuan membantu siswa dalam mempersiapkan diri untuk memperoleh pekerjaan atau karier yang sesuai di masa depan, yang dikenal sebagai tahap pra-karier. Seorang konselor dapat memberikan layanan kepada peserta didik melalui interaksi langsung baik di dalam maupun di luar kelas, dengan tujuan membantu menyelesaikan permasalahan yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dilakukan guna mendukung pencapaian kebahagiaan serta kepuasan dalam dunia kerja di masa depan.
b. Model dan Pendekatan Bimbingan Karier
Bimbingan konseling karir merupakan aktivitas yang dilakukan konselor diberbagai lingkup dengan tujuan menstimuli dan memfasilitasi perkembangan karir seseorang disepanjang usia bekerjanya (Hidayati, 2015). Bimbingan karier memanfaatkan berbagai model dan pendekatan guna mendukung individu dalam merancang serta mewujudkan tujuan karier mereka. Model-model bimbingan karier, seperti model berbasis modul maupun model pemecahan masalah, memberikan kerangka kerja sistematis dalam pelaksanaan layanan bimbingan karier. Sementara itu, pendekatan dalam konseling karier, seperti pendekatan rasional-emotif maupun konseling yang berpusat pada individu, berfungsi untuk membantu individu memahami potensi diri serta dinamika lingkungan kerja secara lebih mendalam.
Bimbingan karir dapat dilaksanakan dengan menggunakan berbagai metode. Berikut penjelasan tentang jenis-jenis metode bimbingan karir (Rahim et al., 2021).
1) Career Days (Hari-Hari Karir)
Career days (hari-hari karir) merupakan merode layanan bimbingan karir dilaksanakan dengan cara menggunakan beberapa jam dalam sehari, sehari atau beberapa hari (2-3 hari) yang dikhususkan untuk kegiatan pengembangan karir siswa. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilaksanakan pada career days ini misalnya: ceramah dari nara sumber yakni orang-orang yang berhasil mengembangkan karirnya, latihan keterampilan, tes minat dan bakat. Digunakan pada bimbingan kelas besar/lintas kelas (Aryani & Bakhtiar, 2018).
2) Cinema Therapy
Cinema Therapy dalam layanan bimbingan dan konseling adalah penggunaan video/film untuk membahas topik bahasan/topik permasalahan pada saat layanan. Misalnya video tentang perjalan karir seseorang, video tentang lingkungan sebuah pekerjaan, baik lingkungan psikologis maupun lingkungan fisik. Metode ini dapat digunakan pada bimbingan klasikal dan bimbingan kelompok (Khotimah et al., 2022).
3) Biblio-konseling
Biblio-konseling adalah bahan bacaan yang sesuai dengan topik bahasan/topik permasalahan yang digunakan pada saat layanan. Sehubungan dengan bimbingan karir, maka topik bahasan yang menjadi isi dari bacaan tersebut adalah hal-hal yang terkait dengan karir, misalnya materi tentang memahami bakat dan minat, tentang dunia kerja, dan lainnya. Metode ini digunakan pada bimbingan klasikal dan bimbingan kelompok (Syakur & Budianto, 2023).
4) Karyawisata
Karyawisata merupakan metode layanan dengan membawa siswa/konseli ke tempat-tempat atau objek yang memiliki suasana dan kondisi yang sesuai dengan topik layanan. Jika digunakan dalam bimbingan karir maka tempat atau objek karyawisata yang dapat dipilih seperti: pabrik yang memproduksi barang tertentu, pantai, museum, sanggar seni, dan lainnya. Melalui metode karyawisata ini siswa/konseli akan melakukan sesuatu (berkarya) sambil berwisata.
5) Menulis (Written)
Menulis (Written) merupakan metode yang dilaksanakan dengan meminta siswa/konseli untuk menulis (puisi, cerita pendek, melengkapi kalimat) tentang sesuatu yang berkaitan dengan topik layanan. Tema tulisan terkait dengan karir, misalnya siswa menulis hal yang dilakukan dalam mempersiapkan diri memilih karir atau pekerjaan.
6) Latihan
Latihan merupkan metode layanan yang dilaksakan dalam bentuk kegiatan untuk memberikan kesempatan kepada siswa/konseli melatih keterampilan tertentu. misalnya latihan mengembangkan kreativitas konseli, latihan mengembangkan bakat/minat, latihan membuat perencanaan karir. Misalnya siswa/konseli memiliki kemampuan membuat perencanaan karir, memilih karir dan membuat keputusan karir. Metode ini dapat digunakan pada bimbingan klasikal dan bimbingan kelompok (Rusmana, 2009).
7) Ceramah dari Nara Sumber
Ceramah dari narasumber adalah ceramah atau pemberian informasi yang diberikan oleh orang sumber (narasumber), seperti: seseorang yang memperoleh prestasi yang luar biasa dalam bidang akademik/belajar, seseorang yang telah berhasil dalam karir/pekerjaan, atau seseorang yang memiliki pengalaman yang unik dalam suatu bidang kehidupan, termasuk tokoh nasional, tokoh agama. Metode ini dapat digunakan pada bimbingan klasikal dan bimbingan kelas besar/lintas kelas.
8) Seni (lagu)
Membuat dan menyanyikan lagu merupakan metode melaksanakan layanan dengan meminta siswa/konseli membuat lagu sederhana (1 atau 2 bait) yang berisi syair-syair tentang perilaku, atau mengubah syair-syair lagu yang mereka sukai menjadi syair-syair tentang perilaku. Perilaku dimaksud seperti tentang empati, percaya diri, dan lainnya, sesuai dengan topik layanan. Jika digunakan dalam bimbingan karir maka isi lagu akan terkait dengan karir, misalnya memahami bakat/minat, lagu tentang pekerjaan tertentu, dan lainnya. Metode ini dapat digunakan pada bimbingan klasikal.
9) Sosiodrama
Sosiodrama adalah metode layanan yang dilaksanakan melalui bermain peran, di mana siswa/konseli diberikan kesempatan untuk melakukan peran tertentu pada situasi tertentu sesuai dengan perilaku sosial yang dikembangkan. Perilaku sosial dimaksud seperti: kerjasama, empati, rela berkorban, apresiasi terhadap kebhinekaan, tanggung jawab dalam kelompok, dan lainnya. Jika digunakan dalam bimbingan karir, maka perilaku yang disosiodramakan merupakan perilaku yang terkait dengan karir atau dunia kerja, misalnya memerankan perilaku atau tugas-tugas sebagai guru, sebagai dokter, polisi, dan lain-lain; atau juga memerankan perilaku dalam bekerja, misalnya perilaku pekerja yang tidak disiplin dan yang disiplin. Metode ini dapat digunakan pada bimbingan klasikal dan bimbingan kelompok.
10) Home-Room
Metode home-room merupakan metode yang dilakukan dengan cara menciptakan situasi kelas seperti situasi di rumah, sehingga antara sesama konseli merasa sebagai sebuah keluarga. Dalam situasi ini dibahas topik permasalahan yang dibicarakan, setiap konseli bisa dengan bebas mengungkapkan pendapatnya tentang permasalahan yang dibahas. Metode home-room dapat digunakan pada bimbingan klasikal dan bimbingan kelompok.
11) Pemberian Tugas
Pemberian tugas merupakan metode layanan yang dilakukan dengan meminta siswa/konseli mengerjakan tugas-tugas tertentu, misalnya tugas: membaca biografi orang-orang terkenal, menulis puisi, menulis cerita pendek, menyusun otobiografi singkat. Tugas-tugas yang diberikan tentu saja terkait dengan pengembangan karir siswa, misalnya tugas memahami diri dan dunia kerja, tugas membuat perencanaan karir. Untuk kefektifan penyelesaian tugas oleh siswa maka sebaiknya guru membuat lembar kerja yang berisi informasi tentang tugas yang akan dilakukan siswa, tujuan yang hendak dicapai melalui pengerjaan tugas tersebut, serta cara-cara mengerjakan tugas itu. Metode pemberian tugas dapat digunakan pada bimbingan klasikal dan bimbingan kelompok.
12) Fantasi
Fantasi merupakan metode yang dilaksanakan dengan meminta siswa/konseli membanyangkan dirinya sebagai seseorang (misalnya: ilmuwan, tokoh agama, tokoh nasional, pahlawan bangsa, pengusaha sukses), atau pohon (misalnya: pohon beringin, pohon kelapa, dan lainnya), atau tanaman (misalnya padi, jagung, dan lainnya), atau benda-benda lainnya (misalnya meja, kursi, dan lainnya), dan meminta siswa/konseli menjelaskan alasan mengapa ia ingin seperti sesuatu yang dibayangkannya itu. Melalui kegiatan tersebut diharapkan siswa/konseli memiliki perilaku sebagaimana yang menjadi tujuan layanan yang telah dirumuskan sebelumnya.
13) Ceramah dan Tanya Jawab
Ceramah dan tanya jawab adalah metode berupa penjelasan secara lisan disertai tanya jawab untuk membahas topik layanan terkait dengan karir. Tanya jawab terjadi antara guru dengan siswa, siswa dengan guru, dan antara sesama siswa. Metode ini dapat digunakan pada bimbingan klasikal.
14) Diskusi Kelompok
Diskusi kelompok merupakan metode yang dilakukan dengan cara membagi kelas ke dalam beberapa kelompok untuk membahas topik layanan tentang karir, misalnya tentang persiapan memasuki sekolah/pendidikan lanjutan. Setiap kelompok membahas materi yang berbeda, misalnya kelompok 1 membahas materi terkait persiapan fisik dan dana; kelompok 2 membahas tentang persiapan psikis/mental; kelompok 3 membahas tentang dukungan orang tua/keluarga. Diskusi kelompok dilanjutkan dengan diskusi kelas di bawah bimbingan guru/konselor guna mendapatkan kesimpulan hasil diskusi tentang persiapan memasuki sekolah/pendidikan lanjutan. Melalui diskusi tentang topik layanan tersebut diharapkan siswa/konseli memiliki pemahaman tentang hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam memasuki sekolah/pendidikan lanjutan. Metode ini dapat digunakan pada bimbingan klasikal dan bimbingan kelompok.
15) Curah Pendapat (Brainstorming)
Metode curah pendapat (brainstorming) merupakan metode yang dilaksanakan dengan cara meminta pendapat konseli secara terbuka tentang topik permasalahan yang dibicarakan, misalnya tentang peluang karir di masa depan. Melalui curah pendapat tentang topik layanan tersebut diharapkan siswa/konseli memperoleh informasi tentang peluang karir di masa depan. Metode ini dapat digunakan pada bimbingan klasikal dan bimbingan kelompok.
c. Urgensi Implementasi di Sekolah
Bimbingan karir tidak hanya berfokus pada aspek akademik, tetapi juga melibatkan perkembangan emosional, sosial, dan moral peserta didik. Melalui berbagai layanan seperti konseling individual, kelompok, serta kegiatan pengembangan diri, konselor membantu siswa mengenali dan mengatasi berbagai hambatan yang mungkin mengganggu proses belajar dan pertumbuhan mereka. Memfasilitasi penyesuaian diri siswa terhadap perubahan lingkungan dan tantangan masa depan, termasuk perencanaan karier dan pengembangan potensi sesuai minat dan bakat masing-masing individu.
Sebagaimana disampaikan bahwa definisi sistem pendidikan nasional yang menyatakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Indonesia, 2003). Ini berarti siswa SMK membutuhkan life skill. BK diperlukan bagi siswa dan guru untuk memandu dan membantu mereka untuk memahami diri dan potensinya, serta minat untuk memilih karir yang sesuai. BK juga mempersiapkan siswa untuk DUDI dan dunia kerja melalui pemberian informasi adanya peluang kerja, kebutuhan DUDI, dan jenis keterampilan yang dibutuhkan.
Ada tuntutan DUDI dan dunia kerja yang harus dikejar oleh SMK dalam hal life skill. Selain aspek keahlian dengan level dalam bentuk hard skill tertentu juga dibutuhkan karakter atau soft skill yang diperoleh dari pembelajaran di SMK. Life Skill terdiri dari hard skill dan soft skill. Untuk para siswa SMK perlu mendapatkan tuntutan pengembangan karakter mereka agar dapat menguasai soft skill yang dibutuhkan DUDI. Banyak industri yang tidak hanya membutuhkan karyawan yang memiliki hard skill yang baik, akan tetapi industry saat ini lebih mementingkan kompetensi soft skill yang menjadi pertimbangan utama untuk menyeleksi karyawan (Sudana et al., 2019). BK memfasilitasi pengembangan hard skill dan soft skill siswa SMK.
d. Strategi Implementasi Bimbingan Karier
Soft skills merupakan aspek non-fisik yang memiliki dampak signifikan dalam kehidupan seseorang. Penguasaan soft skills memungkinkan lulusan untuk membentuk diri menjadi individu yang berkualitas, serta mampu memberikan pengaruh positif kepada orang lain agar turut berkembang menjadi pribadi dengan karakter yang baik. Adapun soft skill meliputi kemampuan komunikasi, kerja sama, kepemimpinan, berpikir kritis, adaptasi, manajemen waktu, dan kreativitas. Selain itu, kemampuan problem solving, kemampuan mengelola diri, dan kemampuan interpersonal juga sangat penting.
Pengembangan karir siswa mendorong penguatan soft skill siswa SMK. Sampai sejauh ini pengembangan soft skill di SMK masih belum tertangani sebagaimana mestinya. Kondisi tentang pengembanan soft skill masih banyak bersifat meraba-raba, dan inipun baru menjadi perhatian jika ada pengawas atau asesor datang menanyakan tentang hal itu (Utaminingsih, 2011).
Sesuai dengan kewajibannya, setiap guru BK wajib mengasuh siswa sebanyak 150 orang siswa sebagai siswa asuhnya (Makarim, 2024). Oleh karena jumlah siswa pada satu sekolah lebih dari 150 orang. Maka layanan BK hanya dilaksanakan oleh beberapa orang guru pembimbing. Untuk itu layanan tersebut belum dapat menyentuh secara intensif kepada siswa secara individual. Akan menjadi hal berbeda ketika semua guru yang ada pada SMK diberikan pelatihan tentang BK pada tema-tema utama sehingga para guru tersebut dapat membantu pengembangan karir siswa SMK. Kegiatan pelatihan bisa dilakukan dengan memberdayakan Komunitas Belajar atau Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Guru BK. MGMP BK bisa bekerjasama dengan organisasi profesi BK lainnya. Pendanaan kegiatan bisa dilakukan dari dan Bantuan Operasional Sekolah untuk meningkatan kompetensi guru sehingga dapat terlibat secara aktif dalam memberikan pelayanan pembelajaran yang bermutu dalam pembelajaran SMK di Indonesia.
e. Peran Stakeholder Sekolah
Stakeholder merupakan seluruh pihak, baik dari lingkungan internal maupun eksternal, yang memiliki keterkaitan dengan suatu komunitas, baik dalam bentuk pengaruh yang diberikan maupun dampak yang diterima. Koneksinya bisa bersifat langsung maupun tidak langsung. Stakeholder mencakup berbagai pihak seperti pemerintah, masyarakat sekitar, lingkungan sosial, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), organisasi pemerhati lingkungan, kelompok minoritas, dan entitas lainnya yang keberadaannya memiliki peran penting dalam memengaruhi dan dipengaruhi oleh dinamika suatu komunitas. Stakeholder diterjemahkan ke dalam istilah sifat-sifat, perilaku pribadi, pengaruh terhadap orang lain, pola-pola interaksi, hubungan kerja sama antar peran, kedudukan dari satu jabatan administrasi, dan persepsi dari lain-lain tentang legitimasi pengaruh (Wahjosumidjo, 2013).
Kelompok stakeholder bagi sekolah merupakan salah satu pertimbangan penting bagi manajemen penerapan BK dalam menentukan apakah suatu informasi perlu diungkapkan atau tidak dalam laporan komunitas. Teori stakeholder bertujuan utama untuk mendukung manajemen komunitas dalam meningkatkan penciptaan nilai melalui berbagai aktivitas yang dilakukan, sekaligus mengurangi dampak negatif yang berpotensi timbul dari aktivitas tersebut.
Strategi yang dijalankan oleh komunitas, pengelola BK, untuk memenuhi harapan para stakeholder sangat menentukan tingkat kepuasan mereka. Semakin transparan dan baik pengungkapan informasi yang dilakukan oleh komunitas, maka semakin tinggi pula tingkat kepuasan stakeholder. Hal ini pada akhirnya akan mendorong dukungan penuh dari stakeholder terhadap berbagai aktivitas komunitas yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja serta mencapai hasil yang optimal. Proses bimbingan belajar yang diterapkan stakeholder dapat dilakukan dengan melakukan proses membantu individu agar siswa dapat membantu dirinya sendiri dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya (Juntika Nurihsan, 2007)
3. Studi Kasus dan Praktik Baik
Layanan bimbingan bagi siswa merupakan suatu upaya sistematis untuk mengenali, memahami, dan menentukan tindakan terhadap siswa yang mengalami kesulitan dalam proses belajar. Proses ini mencakup tahapan identifikasi, diagnosis, prognosis, serta pemberian rekomendasi dalam rangka pemecahan permasalahan. Salah satu teknik yang digunakan dalam layanan ini adalah studi kasus, yaitu pendekatan yang bertujuan untuk memahami konseli secara mendalam guna membantu menemukan solusi atas permasalahan yang sedang dihadapi (Slamet Kusmanto, 2022).
Studi kasus dapat dipahami sebagai suatu metode yang digunakan untuk mengamati, menelaah, dan menganalisis secara mendalam kehidupan sosial serta perilaku individu, yang bertujuan untuk merancang program bimbingan yang tepat. Penerapan teknik ini dilakukan secara berkelanjutan dalam rangka memberikan bantuan kepada siswa agar mampu memahami dirinya secara utuh, sehingga ia dapat mengarahkan diri dan bertindak secara proporsional sesuai dengan tuntutan dan kondisi lingkungan sekolah, keluarga, maupun masyarakat.
Permasalahan yang muncul pada peserta didik yang kesulitan dalam mengemukakan pendapat atau menolak ajakan, khususnya ajakan yang bersifat negatif dan merugikan diri sendiri, mendorong guru BK atau praktikan untuk melaksanakan layanan bimbingan kelompok. Dalam kasus ini, peserta didik cenderung tidak mampu mengekspresikan perasaannya secara terbuka dan lebih sering mengikuti ajakan orang lain tanpa mempertimbangkan dampaknya. Mereka belum menyadari bahwa perilaku tersebut dapat membawa konsekuensi negatif di kemudian hari. Dalam hal ini peserta didik memiliki permasalahan pada bidang sosialnya. Peserta didik tidak memiliki self assertive dalam dirinya. Peran guru BK disini yaitu mengarahkan peserta didik dengan memberikan bimbingan kelompok dengan menggunakan media yang menarik agar peserta didik aktif dalam mengikuti kegiatan. Pada akhirnya tujuan yang disampaikan dapat tersampaikan dan diterima peserta didik dengan baik. Ini merupakan salah satu bentuk praktik dalam layanan BK.
4. Tantangan dan Solusi
Pelaksanaan layanan BK di tingkat SMK mengalami berbagai tantangan, seperti keterbatasan sumber daya, minimnya kerja sama, serta rendahnya pemahaman dari siswa, orang tua, dan pihak sekolah mengenai pentingnya BK. Untuk mengatasi hal ini, beberapa solusi yang dapat diterapkan antara lain penambahan tenaga pendidik BK, peningkatan kompetensi melalui pelatihan, penguatan kerja sama antar pihak terkait, peningkatan sosialisasi, serta pemanfaatan teknologi secara optimal. Peningkatan penggunaan platform digital dalam layanan konseling turut memunculkan risiko terhadap kebocoran data pribadi. Selain itu, ketergantungan terhadap teknologi juga menjadi perhatian, karena siswa cenderung lebih memilih berinteraksi melalui media digital dibandingkan dengan komunikasi langsung secara tatap muka.
Suasana pembelajaran di SMK masih sebagian siswa sering berbicara sendiri dengan temannya disaat pembelajaran berlangsung, mengantuk dan tertidur di kelas, seorang siswa dapat dapat belajar aktif dengan baik atau tidak, dipengaruhi oleh dua faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang muncul dalam diri siswa. Faktor internal misalnya ketidaksiapan mereka dalam menerima pelajaran, kondisi fisik, kondisi fsikologis. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu, misalnya adanya suara-suara berisik dari kendaraan, radio, TV, atau suara-suara yang mengganggu lainnya. Harus ada cara untuk memfasilitasi penerapan BK secara intensif dan mengena ke semua siswa SMK melalui cara efektif dan efisien (Arianti, 2017).
Menghadapi dinamika layanan konseling di era digital, konselor, BK dan nonBK dituntut untuk senantiasa mengikuti perkembangan teknologi serta mengembangkan kompetensi digital secara berkelanjutan. Upaya peningkatan kapabilitas tersebut idealnya difasilitasi melalui program pelatihan dan sertifikasi profesional dalam bidang konseling daring. Selain itu, institusi pendidikan perlu merumuskan dan mengimplementasikan kebijakan perlindungan data yang komprehensif dan ketat guna memastikan keamanan serta kerahasiaan informasi pribadi peserta didik.
5. Simpulan
Peran BK dalam pendidikan di SMK sangat penting untuk membantu para siswa mengidentifikasi minat, bakat, dan potensi terbaiknya. Ketika minat, bakat, dan potensi siswa dapat diidentifikasi secara mandiri maka tumbuh kepercayaan diri untuk memiliki jenis pekerjaan atau karir yang akan ditekuni dan menjadi tumpuan hidupnya. Melalui pengembangan life skill baik hard skill maupun soft skill yang ptimal siswa SMK akan dapat merencanakan pengembangan hidupnya dengan cara-cara yang lebih baik. Peran BK harus diperluas melalui semua guru yang terlibat, tidak hanya terbatas pada guru BK saja. Pelatihan guru tentang BK harus diadakan secara konsisten dan berkelanjutan. Selain pelatihan, musti ada kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan , seperti seminar, Focus Group Discussion (FGD) untuk membuka dan menularkan berbagai pengalaman terbaik dalam penerapan BK di SMK melalui semua guru.
DAFTAR PUSTAKA
Arianti. (2017). Urgensi Lingkungan Belajar yang Kondusif dalam Mendorong Siswa Belajar Aktif. Didaktika Jurnal Kependidikan Jurusan Tarbiyah STAIN Watampone, 11(1).
Aryani, F., & Bakhtiar, M. I. (2018). Career Day Bagi Siswa dan Guru SMA Bimbingan Konseling Kabupaten Sidrap. MATAPPA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 1(1), 12–19.
Harahap, D. (2019). Konsep Dasar Bimbingan Konseling Karir dan Perspektif Islam. AL-IRSYAD: Jurnal Bimbingan Konseling Islam, 1(2), 20.
Hidayati, R. (2015). Layanan Informasi Karir Membantu Peserta Didik Dalam Meningkatkan Pemahaman Karir. Jurnal Konseling , Kudus: Gusjigang, 1(1).
Indonesia. (2003). Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301. Sekretariat Negara.
Juntika Nurihsan, A. (2007). Bimbingan dan Konseling; dalam Berbagai Latar Kehidupan. Refika Aditama.
Khotimah, K., Redjeki, S., & Prihandoko, T. L. (2022). Efektivitas Cinema Therapy dalam Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan Self-Efficacy Karir Siswa Kelas 12 SMK Teuku Umar Semarang. Emphaty Cons – Journal of Guidance and Counseling, 4(1), 6.
Makarim, N. A. (2024). Permendikbudristek Nomor 25 Tahun 2024. Dirjen Peraturan Perundang-undangan Kementerian Hukum dan Hak Azazi Manusia. Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2024 Nomor 380.
Rahim, M., Madina, R., & Puluhulawa. (2021). Petunjuk Praktis Penggunaan Metode Layanan Bimbingan dan Konseling (W. Hulukati (ed.)). UNG Press.
Rusmana, N. (2009). Bimbingan dan konseling kelompok di sekolah (metode, teknik dan aplikasi). Rizki.
Slamet Kusmanto, A. (2022). Penggunaan Media dalam Pelayanan Bimbingan Konseling. Universitas Muria Kudus. https://eprints.umk.ac.id/8658/3/artikel.pd
Sudana, I. M., D, A., & Nurmasitah, S. (2019). Revitalization of Vocational High School Roadmap to Encounter the 4.0 Industrial Revolution. The Journal of Social Sciences Research, 5(2), 338–342.
Sukmadinata, N. S. (2009). Landasan psikologi Proses Pendidikan (5th ed.). Remaja Rosdakarya.
Syakur, M., & Budianto, A. A. (2023). Peran Bibliocounseling dalam Meningkatkan Kedamaian Psikologis. Coution. Coution: Journal of Counseling and Education, 5(1), 1–9.
Utaminingsih, S. (2011). Pengembangan Soft Skill Berbasis Karir pada SMK di Kota Semarang. Jurnal Pendidikan Ekonomi Dinamika Pendidikan, 6(2), 119–133.
Wahjosumidjo, W. (2013). Kepemimpinan kepala sekolah. Tinjauan teoritik dan permasalahannya (9th ed.). Raja Grafindo Persada.(Red)